Minggu, 11 Agustus 2013

Tentang Rasa


Bantul, 16 Juli 2013

Malam tadi, menjadi malam yang indah untukku.
Walaupun itu hanya karena kata yang terangkai menjadi kalimat.
Tapi buatku itu adalah suatu penghargaan.
Ya, penghargaan untuk hati kita masing-masing.
Maafkan aku yang terlalu berani bertanya padamu.
Itu semua karena aku tak mampu menahan gejolak hati ini.
Aku ingin mengungkapkan segalanya.
Segalanya tentang aku, kamu, dan kita.
Ya, kita berdua.

Selalu kuanggap kejujuran adalah yang paling utama.
Terlebih ini menyangkut hati.
Terima kasih telah kau katakan yang sebenarnya.
Aku seperti hanyut dalam mimpi ketika membaca kalimatmu.
Aku seperti menemukan apa yang aku cari selama ini.
Kuharap ini adalah nyata.

Aku merasa tidak berdosa setelah kuketahui semuanya.
Dulu, aku selalu berusaha menampik apa yang kurasakan terhadapmu.
Ku fikir itu hanya perasaan suka.
Aku mengagumimu.

Terima kasih kau telah memberi warna.
Warna yang tak pernah aku duga akan menghiasi lembaran hariku.
Ya Tuhan, inikah jawaban dari doaku selama ini?

Aku hanya bisa tersenyum ketika kutanyakan hal itu terhadapmu.
Bahkan ketika aku menulis ini, masih saja aku tersenyum.
Hah, entahlah.
Aku terlihat gila oleh diriku sendiri.

Jawaban yang seperti itulah yang aku harapkan.
Karena aku merasakan hal yang sama seperti yang kau rasakan.
Jadi selama ini kita hanya berdiam diri di hati kita masing-masing?
Selama ini kita hanya memendam rasa?
Mungkin seperti itulah yang kita rasakan.
Bodoh memang, tapi aku suka, aku bahagia dengan ini.

Seandainya kau tahu, aku benci ketika aku harus menatapmu.
Karena aku tak sanggup memendam rasa.
Dan ketika siang itu, ketika kau menjabat tanganku, ketika kau menatapku, aku merasakan ada cinta.
Mungkin bibir kita bisa saja bilang tidak.
Tapi tatapan mata tidak akan pernah berbohong dengan hati.
Dan aku menemukan itu dalam tatapanmu.

Masih aku tak menyangka bisa sedekat ini denganmu.
Karena kita tidak tahu apa yang terjadi nanti.
Karena kita juga tidak berfikir sampai disini.
Sampai kita bisa seperti ini.

Aku tidak berharap terlalu banyak.
Menjadi temanmu sudah cukup membuatku bahagia.
Karena kita memang teman.
Teman yang entah akan menjadi apa.
Biar Tuhan dan waktu yang menentukan.

Sekali lagi terima kasih.
Terima kasih telah kau berikan rasa ini.
Terima kasih karena kau telah memulai mengisi hari-hariku.
Dan aku masih dan tetap mengagumimu.

Oleh: Esti Pratiwi